Posts

Mengapa Kover Buku Hukum Harus Keren?

Image
Apakah Anda juga termasuk, mahasiswa hukum yang apabila membeli buku hukum, kover bukunya, kalau bukan simbol palu sidang yah timbangan keadilan? Palu sidang dan timbangan merupakan dua bentuk simbol yang tidak dapat dilupakan begitu saja oleh mahasiswa yang mengambil jurusan ilmu hukum. Simbol ini merupakan identitas bagi mereka yang belajar dan mendambakan keadilan. Sebagai simbol yang identik, maka penggunaannya pun kerap ditemukan dalam logo lembaga, stempel, surat, poster kegiatan, hingga ilustrasi kover buku. Dua simbol ini cukup familier kita temukan di kover buku-buku hukum. Jika Anda melakukan penelusuran ‘gambar’ di browser dengan keywords ‘kover buku hukum’, Anda akan menemukan sebagian besar kover menggunakan dua simbol tersebut. Penggunaan dua simbol ini telanjur berlebihan. Palu sidang dan timbangan yang lazim terilustrasi di kover buku hukum seakan tidak memberikan pilihan pada bentuk ilustrasi lain. Padahal kemajuan teknologi sekarang ini mampu membuat kita semakin krea

Kawanua: Maadon dan Sangir

Image
Pertama kali saya menemukan kata 'kawanua' dalam buku Andi Mattalatta, Meniti Siri' dan Harga Diri. Disebutkan, ada seorang perempuan bernama Paula Rumambi, begitu memesona seorang pemuda bernama Herman yang tidak lain adalah Andi Mattalatta. Perempuan itu dikisahkan sebagai keturunan orang Kawanua.  Kawanua dalam KBBI V adalah suku bangsa merujuk pada orang Minahasa.  Beberapa tempat-tempat yang ada di Manado, dinamai dengan kata kawanua. Sebutlah sebuah hotel mentereng, kapal pesiar cepat yang beroperasi ke pulau-pulau terdepan, dan juga tempat belanja oleh-oleh khas Sulawesi Utara. Secara etimologi, apabila merujuk pada bahasa Minahasa, kawanua berarti 'wanua' yang bermakna suatu negeri atau desa. Bisa juga disebut semacam pemukiman penduduk. Hal yang unik dari cara orang-orang Sulawesi bagian utara menamai wanua mereka, adalah dengan menamai tempat yang didiami sama dengan nama suku mereka, sebagaimana penjelasan dari Padtbrugge berikut. Oleh karena tidak ada k

Jeneponto: Sepeda dan Kesetaraan

Image
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut Kalang kabut cepat pulang Busyet! Standing dan terbang... Hiruk terdengar lagu Bang Iwan oleh teman-teman pemusik dari Oase Turatea Jeneponto. Lagu yang mengingatkan saya pada sebuah sepeda dan, bukan soal kesengsaraan guru.  Sepeda mengingatkan pada masa kecil saya, masa bangku sekolah dasar. Orangtua  membelikan saya sepeda dengan seharga Rp. 100.000 dengan bayaran uang Rp. 50.000 ditambah 50 liter beras yang seharga Rp. 50.000.  Sepeda saya waktu itu jenis Bicycle Moto Cross atau BMX. Warnanya full silver. Anak-anak di lingkungan saya waktu itu masih jarang yang menggunakan BMX. Mereka lebih banyak menunggangi sepeda Mustang. Saya terbilang beruntung. Karena Bapak saya seorang petani dan, memiliki (kelebihan) beras untuk dipakai sebagai bahan barter (setengahnya). Menunggangi BMX berarti keunggulan atas penampilan. Tapi untuk urusan balapan drag lurus, BMX selalu kalah dari Mustang. Awalnya saya pikir, mungkin karena kekuatan mengayuh, tetapi buka

Seorang Lelaki Revisionis

Image
Seorang lelaki datang mengetuk pintu raja dan berkata, beri hamba kapal. Karena raja tidak kunjung datang, lelaki itu pun berbaring melintang di ambang pintu, menghalangi siapa pun yang hendak masuk atau keluar. Karena urusan ini menimbulkan perkara besar, setelah tiga hari raja pun menemui si lelaki dan memberondong pertanyaan-pertanyaan dengan kasar, tapi ia cuma menjawab: beri hamba kapal. Akhirnya raja memberinya kapal. Namun, ia harus mencari awaknya sendiri, untuk membantunya pergi mewujudkan mimpi mencari pulau tak dikenal.  Sinopsis tersebut dinukil dari novelet José Saramago, Dongeng Pulau tak Dikenal. Terbitan Circa, 2019.  Seorang lelaki muskil bersikeras ingin menghadap raja. Bukan perkara mudah, sebab lelaki itu mesti melewati birokrasi yang ruwet. Raja tahu ada lelaki yang menginginkan sesuatu kepadanya. Ia perintahkan menteri pertama, lalu menteri pertama memerintahkan menteri kedua, yang kemudian memerintahkan menteri ketiga, yang kemudian memerintahkan asisten pertama,

Setelah Soeharto Lengser*

Image
Tanggal 13 dan 14 Mei 1998, merupakan puncak kerusuhan di ibukota sebelum akhirnya Soeharto lengser sebagai presiden seminggu setelah kejadian. Para pejuang pro demokrasi merayakan kemenangan ini, sebagai tanda suatu rezim telah digulingkan. Malam sehari sebelum Soeharto lengser pada 21 Mei 98, Wakil Presiden B.J. Habibie bertemu dengan Presiden Soeharto. Pada malam yang sama, tapi pada waktu yang berbeda, Wakil Presiden Habibie mengundang para menteri ke kediamannya, dengan harapan para menteri menarik pengajuan pengunduran diri mereka dari kabinet yang dipimpin Soeharto (B.J. Habibie, 2006:33). Pertemuan B.J. Habibie dengan para menteri, menjadi alasan bagi Soeharto tak ingin lagi jumpa dengan wakilnya tersebut (Simak juga Probosutedjo, 2013:594). Hal itu berlangsung lama, bahkan hingga Soeharto sakit dan wafat, sikap penolakan dari keluarga Soeharto tetap hadir untuk B.J. Habibie (Tirto.id).  Selepas pengambilan sumpah pada pukul 09:10 pagi WIB, 21 Mei 98, di Istana Negara, dimulail

Membayangkan Wiracarita Ernst Gombrich

Image
Pada zaman dahulu kala...  Mendengar kalimat itu, saya membayangkan guru ngaji semasa bocah dulu. Kalau sudah begitu, saya duduk manis sambil memasang kuping dengan baik. Cerita nabi menggelongsor, takjub.  Begitulah Ernst membuka cerita dalam bukunya, Sejarah Dunia untuk Pembaca Muda.  Pada zaman dahulu kala...  Pada awal-awal buku ini, kamu boleh percaya boleh tidak. Tak ada paksaan. Sebelum zaman purba, ada zaman yang mendahuluinya, dan, manusia belum ada. Yah, manusia seperti kita ini, belum tercipta. Lalu, siapa makhluk yang menghuni zaman itu?  Masa itu diperkirakan lebih dari 150.000 tahun yang lalu. Kamu bisa bayangkan, belum ada lalu-lalang kendaraan. Bising. Polusi. Orang-orang tentu belum mengenal sistem e-tilang. Hanya ada hewan-hewan besar nan buas, yang hari ini sebagian orang menganggapnya mitos belaka. Dinosaurus.  Gunung-gunung belum muncul seperti sekarang, nanti menjulang setelah air laut menyusut. Hewan-hewan mulai bermuculan. Bekicot dan Kerang. Kamu boleh tidak pe

Kisah Pemimpin yang Kuasanya Melebihi Sejauh Mata Memandang

Image
Wilayah kekuasaan Iskandar Zulakrnain Tentu kita pernah mendengar epos raja-raja adikuasa, menguasai tanah beserta yang tumbuh di atasnya. Sejauh mata memandang, begitulah ungkapannya. Para raja bisa memeperoleh melalui adu ketangkasan berburu, bertaruh atas tarung hewan peliharaan, hingga berbagai macam kebiasaan lainnya. Kita tarik ke belakang, kira-kira tahun 300 SM. Saat itu, Yunani hancur lebur, dalam arti yang sebenar-benarnya. Konflik antara Athena dan Sparta, tidak terhindarkan, berlangsung lama, kini kita mengenal peristiwa itu dengan sebutan Perang Peloponesia. Athena takluk, Sparta pemenangnya—tapi tak tahu harus berbuat apa atas kota taklukannya. Saking tak tahu mesti berbuat apa, suku-suku kecil dari Delfi menjarah dan menduduki Kuil Orakel, tempat suci Dewa Apollo yang masih merupakan wilayah Yunani. Orang Sparta berang, begitu pula dengan orang Athena, tapi mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mereka letih atas konflik berkepanjangan yang telah berlalu. Orang-